Selasa, 03 Desember 2013

Makalah Budidaya Jambu Mente



TUGAS
MATA KULIAH TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI




MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN JAMBU MENTE





Oleh
Rahmat J. Hayasi
Nirm : 07.1.2.11.1246











SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MALANG
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2013



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat sebagai tugas dari salah satu mata kuliah di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang yakni Mata Kuliah Teknologi Informasi dan Komunikasi Pertanian.
            Dalam menyusun makalah ini banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini dari segi penulisan dan penyajian materi masih sangat jauh dari yang diharapkan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk lebih kearah perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini.

                                                                                     Malang,

                                                                                     Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................      i
DAFTAR ISI..................................................................................................      ii
BAB   I  PENDAHULUAN............................................................................      1
              1.1 Latar Belakang.........................................................................      1
              1.2 Tujuan.......................................................................................      1
BAB  II  PEMBAHASAN..............................................................................      2
              2.1 Keadaan Iklim...........................................................................      2
              2.2 Keadaan Tanah........................................................................      3
              2.3 Pembibitan................................................................................      4
              2.4 Penanaman dan Pemeliharaan...............................................      4
              2.5 Pemeliharaan............................................................................      6
              2.6 Pengendalian Hama Penyakit.................................................      7
              2.7 Panen.........................................................................................      8
              2.8 Penanganan Pasca Panen......................................................      8
BAB III  PENUTUP.......................................................................................      11
              3.1 Kesimpulan...............................................................................      11
              3.2 Saran.........................................................................................      11
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Jambu mente (Annacardium occidentale L.) merupakan tanaman yang serba guna. disamping sebagai sumber pendapatan masyarakat, juga sangat cocok digunakan dalam konservasi lahan keritis dan gersang, sehingga tanaman jambu mente ini banyak didapatkan di daerah kering dan di kawasan bekas tambang (Anonim, 2005).
Tanaman jambu mente sangat prospektif untuk di kembangkan di Indonesia, karena memiliki daya adaptasi yang sangat luas terhadap faktor lingkungan. Tanaman jambu mente tahan terhadap kekeringan dan dapat tumbuh serta menghasilkan buah walaupun ditanam di daerah yang kering dan tandus (gersang).
Tanaman ini sudah cukup lama dikenal di Indonesia, tetapi tanaman ini belum di budidayakan secara intensif. Padahal hasil utama tanaman ini, yaitu kacang mente yang merupakan salah satu jenis makanan ringan yang banyak digemari serta merupakan rasa penyedap rasa produk-produk, seperti es krim dan coklat batangan. buah semunya pun dapat dimanfaatkan sebagai bahan olahan.
Tanaman jambu mente mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan di lahan kering adalah, karena tanaman ini tergolong tanaman yang mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sehingga tanaman ini sangat dianjurkan untuk di budidayakan

1.2.        Tujuan
Bertujuan untuk mempelajari dan mengatahui cara budidaya tanaman jambu mente yang baik dan memberikan keuntungan bagi para petani guna peningkatan prouksi dan produktivitas tanaman jambu mente.


BAB II
PEMBAHASAN


Tanaman jambu mete bukan tanaman asli Indonesia. Beberapa ahli boteni menduga bahwa tanaman jambu mete berasal dari Amerika Selatan. Dari negara asalnya ini, tanaman jambu mete menyebar ke seluruh penjuru dunia, terutama di negara-negara yang memiliki iklim subtropis dan iklim tropis, termasuk Indonesia. Dalam tatanama atau sistematika (taksonomi) tanaman, jambu mete di klasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Anacardium
Spesies : Annacardium occdentale L

Usaha budidaya tanaman jambu mete, selain memperhatikan faktor iklim dan tanah, sebaiknya juga memperhatikan factor penunjang yang berkaitan dengan penentuan lokasi usaha tani.

2.1. Keadaan Iklim
            A.    Temperatur
Tanaman jambu mete dapat hidup dan tumbuh di dataran rendah ataupun dataran tinggi. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu mete adalah antara 170C-370C.

            B.    Curah hujan
Iklim yang hangat dan kering sangat cocok untuk tanaman jambu mete pada saat pembungaan dan pembentukan buah. Iklim dengan jumlah bulan kering antara 4 – 6 bulan dengan curah hujan 1.500 – 2000 mm/tahun paling cocok untuk pertumbuhan dan pembentukan hasil (buah).

           C.   Kelembapan udara
Tingkat kelembapan udara yang cocok untuk tanaman jambu mete adalah berkisar 70% – 80%. Namun, tanaman jambu mete masih cukup toleran pada tingkat kelembapan udara antara 60% – 70%.

            D.   Penyinaran matahari
Penyinaran matahari yang cukup tinggi sepanjang tahun sangat diperlukan oleh tanaman jambu mete untuk pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif. Selain itu, penyinaran matahari yang cukup sangat diperlukan untuk proses fotosintesis tanaman.

2.2. Keadaan Tanah
            A.    Jenis tanah
Jenis-jenis tanah yang cocok untuk budi daya tanaman jambu mete adalah tanah latosal merah yang solumnya dalam, tanah alluvial, tanahlaterit, tanah pedsolik, dan tanah regosal.

            B.    Sifat kimia tanah
Agar keadaan sifat kimia tanah cocok untuk penanaman jambu mete, maka derajat keasaman tanah pada lokasi yang akan ditanami harus ditelitri terlebih dahulu. Cara meneliti keasaman tanah dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter. Keasaman (pH) tanah yang rendah (kurang dari 5,5) dapat diatasi dengan pemberian belerang. Sedangkan apabila pH tanahnya tinggi (lebih dari 6,3) dapat diturunkan dengan memberikan pengapuran.


           C.   Sifat fisik tanah
Sifak fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang bertekstur lempung berpasir, liat berpasir, tanah berpasir, dan pasir liat. Sdangkan struktur tanah yang baik untuk tanaman jambu mete adalah tanah yang genbur dan mudah mengikat air (porous}.

            D.   Sifat biologi tanah
Tanaman jambu mete memerlukan sifat biologis tanah yang baik. Jika sifat biologis tanah baik, maka produktivitas jambu mete akan menjadi tinggi. Sifat biologis tanah yang baik dicirikan oleh banyaknya bahan organik/humus di dalam tanah dan banyaknyaorganisme dalam tanah.

            E.    Ketinggian tempat
Di dataran rendah hingga dataran medium dengan ketinggian tempat 0-700m diatas permukaan laut, tanaman jambu mete dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Di dataran tinggi (di atas 1000 m dpl), produktivitas tanaman jambu mete makin berkurang.

            F.    Derajat kemiringan tanah
Secara teknis, tanah yang miring ataupun bergelombang dapat digunakan untuk budi daya tanaman jambu mete, asalkan kemiringannya tidak lebih 30%. Tanah yang memiliki kemiringan 30% berarti pada jarak 100 m perbedaan ketinggiannya adalah 30 m. Tanah miring ataupun tanah bergelombang jika akan digunakan untuk usaha penanaman jambu mete harus dibuat teras-teras atau tanggul- tanggul.

2.3. PEMBIBITAN TANAMAN JAMBU METE
Pembibitan tanaman jambu mete dapat dilakukan secara generatif atau secara vegetatif. Pembibitan secara generatif adalah pembibitan yang dilakukan dengan dengan penyemaian biji. Sedangkan pembibitan secara vegetatif dalah pembibitan yang dilakukan dengan penyambungan (grafting), pencangkokan (air layering), okulasi (budding), dan perundukan cabang bagian bawah tanaman (groung layering). Keuntungan pembibitan secara vegetatif adalah ukuran tanaman seragam, waktu berbuah lebih cepat, dan produksinya lebih tinggi daripada pembibitan dengan biji.
Pekerjaan pembibitan jambu mete meliputi lima hal, yaitu pembuatan kebun induk, pengadaan benih, penyiapan lahan pembibitan, penanaman benih dan pemeliharaan di persemaian, penyambungan serta pemeliharaan bibit.

2.4. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN TANAMAN JAMBU METE

A.    Penanaman Bibit di Kebun

1.    Penentuan Saat Tanam
Jadwal tanam yang tepat dilahan kering adalah pada permulaan musim hujan sampai dengan pertengahan musim hujan, yakni bulan Oktober/November sampai dengan Desember/Januari. Penanaman di lahan yang beririgasi teknis, saat tanam dapat dilakukan kapan saja karena kebutuhan air untuk pertumbuhan bibit selama masa pertumbuhannya dapat dicukupi dari air irigasi.

2.    Persiapan Lahan
Penyiapan lahan untuk penanaman jambu mete yang utama adalah pembersihan semak belukar, sisa-sisa bekas tanaman sebelumnya, pembuatan parit irigasi dan drainase, pembuatan jalan control, pembuatan jalan angkutan produksi, dan pembrntukan teras-teras bagi lahan miring.

3.    Penentuan Jarak Tanam
Jarak tanam yang dianjurkan untuk budi daya tanaman jambu mete adalah sebagai berikut :
a.    6 m X 8 m : Jarak dalam barisan tanam yang membujur arah Barat – Timur adalah 6m dan jarak antar barisan tanam 8 m
b.    8 m X 10 m : Jarak dalam barisan 8 m dan jarak antar barisan tanam 10 m
c.    12 m X 12 m : Jarak dalam barisan 12m dan jaraj antar barisan tanam 12 m.

4.    Pembuatan Lubang tanam
Lubang tanam dibuat menurut jarak tanam yang telah ditetapkan. Ukuran lubang tanam adalah 50 cm X 50 cm X 50 cm. Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan secara manual atau dengan peralatan tekhnis.

5.    Penanaman
Langkah-langkah penanaman bibit mete di dalam lubang tanam adalah :
a.    Lubang tanam ditutup dengan tanah seperti semula, yakni lapisan tanah bagian bawah dimasukkan ke dalam lubang tanam terlebih dahulu, kemudian menyusul lapisan tanah atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang. Setelah itu, lubang tanam yang telah ditutup biarkan selama 2 – 4 hari sebelum ditanami bibit jambu mete.
b.    Buat lubang tanam sebesar kantong polybag yang digunakan untuk pentemaian bibit jambu mete pada lubang tanam yang telah ditutup tadi. Pembuatan lubang tanam harus tepat di tengah.
c.    Masukkan bibit jambu mete beserta tanahnya kedalam lubang tanam dengan melepas kantong polybag terlebih dahulu, kemudian timbun dengan tanah galian tadi sampai se batas leher akar sambil ditekan-tekan sedikit agar tanaman dapat berdiri tegak dan kuat.
d.    Selesai penanaman, di sekitar tanaman dapat diberi mulsa jerami padi untuk menjaga kelembapan tanah, kemudian disiram air secukupnya.

6.    Waktu Tanam
Waktu penanaman bibnit jambu mete yang baik adalah pada pagi hari sebelum pukul 09.00 atau pada sore hari setelah pukul 15.00. Penanaman bibit jambu mete pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan, bahkan mati.

7.    Penyulaman
Penyulaman adalah penggantian tanaman yang rusak akibat serangan hama dan penyakit, tanaman yang tumbuh kerdil, dan tanaman yang mati. Penyulaman harus segera dilakukan apabila ada bibit yang pertumbuhannya kurang baik, rusak, atau mati. Bibit sulaman harus diambil dari bibit cadangan yang memilikiumur sama dengan tanaman yang digatiokan. Penyulaman untuk tanaman jambu mete masih dapat dilakukan sampai tanaman berumur 2 – 3 tahun.

2.5. Pemeliharaan Tanaman
A.    Penyiangan
Rumput atau gulma yang tumbuh di areal perkebunan jambu mete sangat mengganggu pertumbuhan tanaman jambu mete dan pembentukan hasilnya. Penyiangan rumput/gulma yang sempurna dapat meningkatkan perkembangan tajuk tanaman sehingga tanaman tersebut dapat mereduksi luas permukaan tanah dan pada saat yang sama dapat meningkatkan produksi tanaman.

B.    Pemupukan
Pemupukan bertujuan memberikan unsure makanan yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur-unsur makanan yang diperlukan oleh tanaman dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu unsur makro yang terdiri atas nitrogen, phospat, kalium, belerang, magnesium, dan kalsium. Unsuir mikro terdiri atas molybdenum (Mo), tembaga (Cu), boron (B), seng (Zn), besi (Fe), mangan (Mn) dan lain-lain.
 
C.   Penyiraman
Air merupakan bahan pelarut sel dan merupakan medium untuk pengangkutan unsure hara dalam tan ah. Air juga dapat mempertahankan turgor dalam proses transpirasi. Di samping itu, air itu sendiri unsure hara bagi tanaman.

D.   Pemangkasan
Dengan pemangkasan, maka akan terbentuk percabangan yang bagus, tajuk yang luas, dan pohon yang luas. pemangkasan ini harus dimulai sejak tanaman masih berupa bibit sampai tanaman berbuah. Pemangkasan tanaman yang masih berupa bibit hanya dilakukan untuk membuang tunas-tunas sampingnya saja.

E.    Perlindungan tanaman
Perlindungan tanaman dari serangan hama dan penyakit pada prinsipnya dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a.    Tindakan preventif, yaitu mencegah serangan hama dan penyakit dengan melakukan pengolahan tanah secara intensif, menanam dengan jarak tanam yang sesuai, penyiraman dengan air yang dehat, dan penyiangan.
b.    Tindakan kuratif, yaitu mengendalikan serangan hama dan penyakit. Dengan memelihara/menyebarkan musuh alami (predator), membunuh hama secara langsung , memangkas bagian tanaman yang terserang hama/penyakit dan membakarnya, atau menyemprot tanaman dengan obat-obatan pemberantas haman dan penyakit.

2.6. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Tanaman jambu mete tidak luput dari serangan hama dan penyakit, beberapa hama yang menyerang tanaman jambu mete antara lain ulat kipas, kutu daun, penggerek batang dan akar, pengendaliannya dapat dilakukan dengan memungut ulat-ulat yang berkelompok pada daun, lalu memusnahkannya dengan menyemprotkan insektisida, memangkas bagian tanaman yang terserang, serta memoles sekitar permukaan pangkal batang/akar dengan suspensi BMC.
Begitupula dengan penyakit yang menyerang tanaman ini ada beberapa jenis penyakit yang menyerang seperti layu pada bibit, mati pucuk, busuk kering pada buah dan biji, anthracnosis pada daun dan lain-lain. Dapat pula dikendalikan dengan cara pengolahan tanah secara intensif, penyemprotan dengan fungisida medesinffektan benih dan bibit, menanam dengan jarak tanam yang sesuai serta sanitasi kebun.

2.7. PANEN
Panen buah mete umumnya dilakukan dengan memetik buah-buah yang telah masak dipohon atau memungut buah-buah yang telah gugur di tanah tetapi sudah matang. Pemetikan buah mete ini tidak dapat dilakukan sekaligus karena buah mete tidak masak secara bersamaan, pemetikan dapat dilakukan setiap 3 – 5 selama 2 – 3 bulan. tewrgantung pada banyaknya buah, buah-buah yang telah mencapaiu derajat kemasakan yang optimal ditandai dengan penampakan fisik buiah semu seperti buah semu berwarna merah cerah jingga atau kuning, daging buah semu jika dipijit sudah agak terasa lunak, dan buah telah berumur 60 – 70 hari sejak bunga mekar.

2.8. PENANGANAN PASCA PANEN
A.    Pemisahan buah dari tangkai
Biji mete harus dipisahkan dari buah semunya. Cara memisahkannya biji mete cukup dengan cara dipuntir kemudian ditaruh di tempat terpisah, setelah itu biji mete tadi dicuci untuk membersihkan segala kotoran yang menempel.

B.    Sortasi dan Grading jambu mete
Biji-biji mete yang telah dipisahkan dari buah semunya harus segera disortasi yaitu pemisahan antara biji yang baik dan biji mete yang rusak dan sekaligus dilakukan grading yaitu pengelompokkan biji mete yang b erukuran besar dan kecil. Tujuan keduanya adalah untuk menyeragamkan ukuran agar memudahkan proses pelembapan, penggorengan dan pemecahan.

C.   Pengeringan biji mete
Biji mete yang telah dipetik masih memiliki kadar air sekitar 25%, oleh karena itu biji mete yang telah di panen tersebut segera dikeringkan untuk mempertahankan kualitas biji. Pengeringan dapat dilakukan denmgan cara dijemur di bawah panas matahari dengan dihamparkan di lantai jemur, pengeringan biji mete dilakukan hingga kadar airnya mencapai 5 %.

D.   Penyimpanan biji mete gelondong
Biji-biji mete yang telah kering harus segera disimpan dengan baik agar kualitas biji tersebut tetap baik. hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyimpan biji mete gelondong adalah suhu udara dan kelembapan udara di dalam tempat penyimpanan.

E.    Pelembapan biji mete
Biji mete yang telah dikeringkan dan disimpan umumnya memiliki kadar air 5%, biji tersebut bila akan dipecah untuk diambil kacang metenya harus digoreng terlebih dahulu, namun sebelum di goring biji mete yang memiliki kadar air rendah harus dinaikkan lagi kadar airnya hingga batas optimum sekitar 16%, peningkatan kadar air biji mete dilakukan dengan cara pelembapan. Lama proses pelembapan bervariasi antara 24 – 48 jam (1 – 2 hari) tergantung pada besarnyaukuran biji mete, kadar air dikehendaki,dan proses pelembaban yang digunakan.

F.    Pengembalian kacang mete
Kacang mete merupakan bagian yang dikonsumsi. untuk mengambil kacang mete kulit mete dipecah atau dikupas.pengupasan kulit mete dapat dilakukan secara mekanis,semi mekanis,atau secara manual.

G.   Pengeringan kacang mete
Kacang mete yang telah dipisahkan dari kulitnya dikeringkan lagi hingga kadar air mencapai sekitar 3%.Pengeringgan kacang mete ini bertujuan untuk memudahkan pengelupasan kulit dari kacang mete dan mencegah dari serangan jamur,danhama,serta meningkatkan daya tahan.

H.   Pengupasan kulit ari
Pengupasan kulit ari kacang mete dilakukan segera setelah pengeringaan pengupasan kulit ari kacang mete yang dilakukan secara manual dapat dikerjakan dengan penggesekan menggunakan jari tangan secara hati-hati atau menggunakan pisau jika sulit dilakukan dengan tangan.

I.      Pelembapan mete
Sebelum dikemas kacang mete yang telah dikeringkan dengan kadar air 3% harus dilembabkan hingga mencapai kadar air 5%.Pelembapan kacang mete dilakukan dengan menyimpannya di dalam ruang pelembang secara beberapa jam.

J.    Pengemasan
Untuk mencegah kerusakan kacang mete perlu dikemas dengan baik pengemasan selain melindungi kacang mete dari kerusakan serangga, bertujuan pula untuk melindungi kerusakan mekanis karena penggangkutan untuk kerusakan fisiologis karena pengaruh lingkungan suhu dan kelembapan.

K.    Menyimpan kacang mete.
Dalam penyimpanan ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti ruang gudang penyimpangan harus selalu bersih,memiliki konstruksi yang kuat,pintu-pintu yang rapat,memiliki ventilasi,memiliki penerangan,penantaan peti kemas harus disusun secara teratur,suhu udara dalam gudang di usahakan sel;alu konstan (30oC- 370C).

L.    Pemasaran hasil
Pasar kacang mete sangat luas mulai dari tingkat rumah tangga hingga tingkat industri makanan. factor penting dalam memasarkan hasil panen kacang mete adalah mendapatkan harga yang tinggi. Pemasaran kacang mete dengan jalur pemasaran yang pendek dapat menguntungkan semua pihak yaitu petani produsen, lembaga pemasaran, dan konsumen.


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Bahwa budidaya tanaman jambu mente memiliki potensi untuk dibudidayakan karena memiliki nilai jual yang cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani serta menjadi konservasi tanah dan air.

3.2. Saran
Disarankan agar dilakukan praktek tentang budidaya jambu mente dengan pemberian pupuk organik.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005. Teknik Budidaya Jambu Mente. Lokakarya, Bandung.
Adi Sarwanto, 2003. Meningkatkan Produksi Kacang-Kacangan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Cahyono B, 2005. Manfaat Jambu Mente. Tarat, Baandung.
Nunug, 2000. Budidaya Jambu Mente. Bina Aksarah, Jakarta.
Pitojo, 2005. Konserfasi lahan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Samsoeri, 2003. Usaha Budidya Pepaya. Kanisius, Yogyakarta.
Soewito, 1990. Bercocok Tanam Pepaya. Penebar Swadaya, Yakarta.